Dimulai quartal kedua tahun 2017 ini, saya dan istri memutuskan untuk tidak menggunakan smartphone setelah bada magrib. kegiatan akan kami fokuskan perhatian kepada anak-anak.

Pada hari pertama berlangsung sangat sukses, kami bermain dan tertawa bersama. bermain tebak-tebakan warna untuk Ayya, memuji lukisan Aza yang menggambar sebuah kendaraan yang memang jauh dari sempurna, hanya saja Aza dapat mempertanggung jawabkan dengan menceritakan apa yg digambarnya.

Kami juga mendengarkan Ayya menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kami harus menyimpan tawa karena takut Ayya berhenti bergaya karena malu ditertawakan. karena kalimat Ayya belum sampe benar. tangan kanan memegang tongkat yang dijadikan microphone, dan tangan kiri mengibarkan bendera merah putih yang baru saya beli seharga 10rb rupiah dan saya ikatkan pada pipa kecil.

“Indonensa Laya, meldeka, meldeka, tanahku, negeriku, yang kuciiiita”
“Indonensa laya, meldeka, meldeka, iduplah indonena laya”

Hari kedua, istri saya harus melancarkan baca Alquran karena akan ada ujian. tetap tanpa gadget. istripun belajar dikamar dengan sepengetahuan anak-anak. “ibu ngapain?” tanya Aza. “belajar nak, agar lolos ujian baca Quran” jawab istri.

saya pun mengambil buku yang sudah saya beli beberapa bulan lalu dan belum dibaca. kami larut dalam kesibukan sendiri-sendiri. Ayya pun ikut menggambar bersama Aza. tapi ada yg beda dari kesibukan kami, yaitu kami tetap saling memberi perhatian. beda sekali ketika kami masing-masing memegang smartphone.

Alhamdulillah, kami sukses tanpa smartphone setelah bada magrib, tepatnya jam 18:00. tak ada salahnya terus dilakukan. anak adalah investasi dunia maupun akhirat. karena salah satu yang menyelamatkan dari api neraka adalah doa anak yg sholeh dan sholehah.